Membangun masyarakat pedesaan menuju Masyarakat berperadaban Modern III

(Materi Ke III)
Surakarta, 23 Juni 2015

Strategi Membangun Masyarakat Desa

Pembangunan masyarakat desa, strategi pembangunan masyarakat desa terdiri dari empat strategi; strategi gotong royong, strategi teknikal professional, strategi konflik. Dan strategi pembelotan kultural (Jefta leibo, 1990;82-89). Persamaan keempat strategi pembangunan masyarakat ini tidak lepas dari orientasi pandangan tentang hakekat manusia dan masyarakat.

Strategi gotong royong, Masyarakat sebagai kesatuan system, yang mana dalam kesatuan ini masing-masing berperan dalam memberikan sumbangsi membantu tercapainya tujuan bersama. Masyarakat yang terdiri dari  kesatuan individu-individu tersebut percaya bahwa suatu system fungsional sosial, akan memelihara dan melakukan penyesuaian diri dengan system yang dibangun bersama. Dengan upaya yang sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan stabilitas dan keseimbangan system sosial ditengah tantangan perubahan sosial. Tidak mengherankan lagi, jika strategi gotong royong dipakai untuk membagun masyarakat desa, perubahan kemasyarakatan dapat dicapai dengan optimal jika dilakukan dengan partisipasi secara keseluruhan dari masyarakat itu sendiri. “watak manusia pada dasarnya bersifat kooperatif, rasional dan mampu mengendalikan diri, strategi gotong royong menganjurkan tindakan-tindakan yang praktek-praktek gotong royong diatas kekuatan kaki sendiri dan partisipasi secara sukarela didalam menciptakan perubahan kemasyarakatan” (Christenson dan Robinson, 1980). Peran agen dalam pembangun disini sangat esensial didalam strategi gotong royong, karena pembangunan membutuhkan informasi, pengetahuan, serta keahlian baru , dan system pembagian kerja dan spesialisasi. Merupaka orang yang berpotensi punya kemampuan untuk menyadari dan bisa mengembangkan rasionalitasnya untuk membantu ditengah masyarakat desa.

Strategi Pembangunan Teknikal, Perwujudan yang paling ekstrim perbedaan strategi ini, dpat dilihat melalui asumsi dasr teori X dari McGregort, yang mengungkapkan bahwa manusia menurut kodratnya adalah bersifat acuh tak acuh, menolak perubahan, kurang bergairah, lebih menyukai dipimpin, diatas segalanya kurang cakap dan mudah ditipu (Mc gregor,1960), manajemen pembangunan perlu pengambilan seluruh tanggung jawab dalam organisasi pengambil keputusan, pengawasan, dan perencanaan dibawah pimpinan administrator dan konsultan. Dalam hal ini partisipasi masyarakat sangat diperlukan, strategi teknik ini digunakan pada kelompok kerja organisasi, yang terdiri atas sebagian kecil masyarakat yang dimobilisasi untuk memberikan motivasi-motivasi untuk berani melakukan tindakan inovatif baru, kreatif untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, serta mengurangi factor penghambat dalam menjalankan program pembaharuan. Strategi ini lebih mengarahkan perang agen pembaharuan dalam menentukan pembangunan, pelayanan yang dibutuhkan, dan menentukan tindakan yang harus direalisasikan untuk terlaksananya program tersebut. 

Strategi konflik, Dalam strategi konflik memahami bahwa, pada masyaraakat ada suatu diskriminasi yang tajam tentang perbedaan antara citra struktur sosial (integratif) dan perubahan kemasyarakatan (koersif) serta memiliki konsekuensi yang berbeda. Pendekatan integrative terlalu memberikan penekalan pada citra masyarakat sebagai bagian yang terintegrasi secara normati. Strategi konflik memandang bahwa paksaan dan kekuasaan merupakan landasan yang lebih realistik bagi ketertiban sosial. Masyarakat sebagai kesatuan system akan memelihara dan menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui alokasi dan penggunaan kekuasaan. Strategi konflik memandang, struktur sosial masyarakat  terlalu memberikan tekanan pada pemeliharaan stabilitas sosial, dari pada pembagian yang lebih merata dalam mengatur hubungan antar kelompok dan kelompok dengan sumber daya masyarakat yang menghasilkan konsentrasi kekuasaan yang semakin besar ditangan segelintir orang atau kelompok kepentingan tertentu (crowfoot dan chesler, 1974;284). Pembangunan masyarakat desa lebih menekankan perlunya mengorganisasi masyarakat miskin yang kurang beruntung mengartikulasikan permintaan mereka atas sumberdaya masyarakat secara demokratis. Kristalisasi masalah kemasyarakatandan organisasi lapisan masyarakat miskin, melakukan aksi melawan status Quo merupakan strategi dasar dalam menekan strategi. Sehingga orang mengetahui musuh mereka.

Strategi pembelotan cultural, Masyarakat moderntelah berkembang mberlawanan dengan kondisi structural yang mengembangkan anggota masyarakat mengembangkan asumsi kemanusiaan mereka, strategi pembelotan structural menyadari juga kebanyakan masyarakat kontemporer telah gagal dalam mewujudkan potensi kemanusiaan meraka. Perkembangan industry tekhnologi modern telah berkembang terlalu jauh melampau batas, yang memungkinkan manusia modern mengembangkan realisasi kemanusiaan, sehingga masyarakat modern telah memenjarakandengan menciptakan lingkungan yang memusuhi dan memisahkan mereka antara yang satu dengan yang lainya, dan membuatnya menjadi ketergantungan (illich, 1973). Secara fundamental, strategi pembelotan structural dimana nilai hidup kemanusiaan tertinggi harus ditemukan didalam diri (self discovery) dan prinsip keberadaan terletak pada kekayaan kepribadian diri sendiri. Contoh dari strategi ini dapat dilihat dari semboyang yang populer dari gerakan technology tepat guna; “Kecil adalah indah”.

Kesimpulan 
Setelah banyak membahas tentang membangun masyarakat desa menuju masyarakat modern, kita coba untuk mendalami lagi dalam konsep teori maupun praktek agar kedepanya jauh lebih baik detail dalam uarainya. Identitas masyarakat pedesaan sebagai mana yang disampaikan oleh M. Suprihadi (1983: 6-13), bahwa masyarakat desa sebagai masyarakat yang beradat, bertutur dan berkerohanian. Sangat jauh sekali bila dibandingan dengan persepsi umum bahwa masyarakat desa itu adalah masyarakat yang tidak beretika dan lain sebagainya. Kesalahan-kesalahan dalam memahami desa perlu berawal dari kita semua, karena awal pembangunan yang baik tentu dilandasi dengan pemikiran yang benar.

Di dalam melaksanakan teori dan praktek pelaksanaan teori dan praktek pembangunan masyarakat desa sebagaimana dilaksanakan dibanyak Negara-negara berkembang, sangat ditandai oleh persilangan antara strategi gotong royong dan startegi teknikal, ini terjadi akibat kesamaan orientasi paradigmatic teori ini. Meskipun pelaksanaan pembangunan didesa dinegara-negara berkembang pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan standar hidup dan menciptakan masyarakat yang stabil, banyak hal yang sukses dari program pembangunan masyarakat desa, yang banyak melibatkan partisipasi pemerintah melalui financial dan tekhnikal serta mobilitas sumberdaya masyarakat sumber swadaya masyarakat dilakukan secara besar-besaran.

Pada umumnya secara garis besar pada kehidupan masyarakat desa yang tingkat kemiskinaan tinggi kita juga perlu memperhatikan teori dari Peter F. Drucker (dalam prisma, 1986:71) mengungkapkan, “teori ekonomi mengansumsikanbahwa tujuan kebijaksanaan ekonomi adalah suatu keseimbangan  (equilibrium), kita telah mahfum bahwa keseimbangan yang stabil tidaklah mungkin dalam ekonomi. Ekonomi bagaikan sepeda yang hanya dapat imbang ketika ia berjalan, produktifitas adalah pusat penggerak”. Bahwa kemiskinan di Indonesia khususnya didaerah pedesaan dikarenakan mandeknya roda perekonomian yang tidak berjalan lancar.



Referensi
  • Chambers, Roberts.1962. Rural development putting the last first (membangun desa mulai dari belakang). LP3S: Jakarta.
  • Christenson, James A. and jerry W. Robinson, JR. 1980.community development in America.ames.iowa: the iowa state university press.
  • Leibo, Jefta, 1990.Sosiailogi pedesaan.andi offset: Yogyakarta.
  • Sastrosupono, M. Suprihadi.1983. Desa kita. offset alumni;Bandung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Bima Kisah Putri yang Hilang Dae La Minga

DESA LAJU DAN TRANSMIGRASI UPT LAJU MERINTIS PEMBAGUNAN BIMA

Seni Beladiri Gantao Sebagai Identitas Suku Mbojo