Seni Beladiri Gantao Sebagai Identitas Suku Mbojo

"Mpa'a Gantao Suku Mbojo"

oleh: Rehan Mulyadin

         Seni beladiri Gantao atau yang dikenal dengan istilah bahasa Bima Mpa’a Gantao, merupakan kesenian yang menjadi jenis tarian tradisional rakyat Bima, tarian ini mengutamakan seni adu  ketangkasan bela diri dengan tangan kosong. Seni beladiri gantao berkembang sejak abad ke 16 masehi, tarian ini berkembang di daerah Bima dengan menggambarkan situasi dan kondisi kerajaan Bima pada saat itu, begitu juga dengan makna dibalik kesenian gantao mengikuti seiring dengan gambaran kondisi situasi politik saat itu. Pada tanggal 5 Juli 1640 M, Putera Mahkota Abdul Kahir dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama setelah melewati perjuangan panjang merebut tahta kerajaan dari pamannya Perdana Mentri yang bernama Salisi. Hal ini juga yang menandai beralihnya sistim pemerintahan Bima dari system kerajaan menjadi system kesultanan. Tarian seni beladiri gantao memiliki banyak kesamaan dengan tarian kuntao dari Sulawesi selatan, hal ini dipengaruhi oleh hubungan baik yang terjalin antara kesultanan Bima dengan Gowa dan Makassar.

          Jenis tarian seni beladiri lainya di Bima terdiri dari tarian Buja Kadanda atau Seni memainkan Senjata tombak, tarian adu kepala yang dikenal dalam istilah Bima sebagai Taji Tuta, dan Tari Ganto. Tarian-tarian tersebut diiringi dengan alunan musik tradisional dengan peralatan dari 2 buah jenis Gendang, Gong, Serunai (Sarone), Tawa-tawa dan perpaduan suara teriakan provokatif. Atraksi seni beladiri gantao dimainkan oleh dua orang pesilat handal, dengan mengikuti peraturan dan kode etik-kode etik dalam laga gantao.
            Seni beladiri Gantao sebagai jenis Beladiri Silat, Suadah sewajarnya menjadi jenis Olah Raga Lokal yang terus dilestarikan dalam berbagai ajang turnamen ataupun atraksi budaya, disamping sebagai kesenian tarian, gantao juga mampu mengikat hubungan secara emosional dalam masyarakat Bima. membangun solidaritas sosial adat dan budaya, serta sebagai langkah upaya menghidupkan kembali semangat "maja la'bo dahu" masyarakat dana Mbojo.