Membangun Masyarakat Pedesaan Menuju Masyarakat Berperadaban Modern II

(Materi Ke-II)
Surakarta, 23 Juni 2015

Kesalahan Dalam Memahami Masyarakat Pedesaan
Dalam memahami masyarakat desa, banyak hal yang perlu kita perhatikan secara mendalam dalam menghindari kesalah pahaman ini, Robert cambers (1962:17-30) menjelaskan beberapa kesalahan dalam memahami proses pembangunan desa, terdapaat enam kesalahan yang terus menerus menyebabkan kemelaratan dan kemiskinan dipedesaan. pemahaman ini berlaku pada kalangan peneliti, petugas lapangan atau pemerintah desa terkait. Enam kesalahan ini sangat menonjol, yaitu: 

Kesalahan memahami tata ruang pedesaan. Perspektif masyarakat Kota sebagai terminal dan jaringan jalan raya, pemahaman tentang kondisi daerah pedesaan  ini diperoleh diatas kendaraan, bermula dan berakhir diperkotaan. Pada umumnya pandangan masyarakat daerah pedesaan dilihat dari tata ruas jalan, terminal dan dekat dengan perkotaan. Pembangunan pariwisata, pendidikan dan proyek lainya mengalir dengan deras didaerah seputar jalan raya yang mulus dan teraspal dengan baik, sementara daerah pedesaan yang tidak memiliki jalan yang mulus menuju pedesaan cenderung terabaikan. Daerah yang dekat dengan Terminal menjadi tolak ukur mahalnya harga tanah dan banyak bermunculan pabrik, akses perekonomian dan pendidikan serta aktifitas jaringan peradaban modern laainya. Sementara disatu sisi pedesaan yang tidak  kebagian akses jalan raya, akan tetap mengalami kesan sebagai daerah kumuh dan kemelaratan terus merajalela. Bahkan pembanguna perkantoran, sarana kesehatan, pabrik, pasar modern, dan proyek-proyek pembangunan lainya mengalir sepanjang terminal dan jalan raya. 

Kesalahan asumsi pembangunan, Masuknya proyek pengembangan daerah wisata yang sangat diminati, maupun penelitian tentang pedesaan banyak memakan anggaran kuhus dari pemerintah. Desa sebagai daerah yang terbelakang memiliki perhatiaan khusus dari banyak pihak, termasuk pihaak internasional dalam kepentingan proyeknya. Banyka para peneliti haandal dan terlatih diterjunkan khusus untuk meneliti daerah pedesaan sebagai objek pembangunan desa percontohan. Katakanlah kementerian, deperteman sampai dengan pihak kecamatan, mahasiswa pasca-sarjana, rombongan pendidikan dan badan sosial lainnya banyaak melakukan perhatian khusus untuk mengunjunginya. Sementera masyarakat miskin dan daeraah kumuh lainya yang tidak kebaagian pembangunan banyak terlupakan. Dengan adanya proyek-proyet tersebut merupakan langkah yang ampuh untuk proses pembangunan dan pemecahan masalah pedesaan apabila dilakukan dengan langkah kunjungan inpeksi yang mendalam oleh pemerintah. Akan tetapi sebaliknya terjadi, proyek desa percontohan itu ketika mendapat kunjungan resmi dari petinggi Negara terkait, cenderung mengghilangkan fakta keterbelakangan masyarakat pedesaan. terjerumusnya para pemimpin dalam proyek hubungan masyarakat, sebagian besar waktu mereka disibukan oleh penyambutan pendampingan kunjungan keproyek. Setiap ada kunjungan para pemandu cenderung membawa ketempat-tempat yang bagus dan cenderung menghindari pedesaan kumuh masyarakat miskin.

Kesalahan dalam  pengkategorian kelompokDalam melakukan penelitian, kunjungan  wisatawan, para pejabat, dan kebutuhan informan lainya, lebih condong menghubungi kelompok masyarakat yang tidak dikategorikan miskin. sehingga informasi terkait pedesaan yang kumuh dan terbelakan terus terpinggir dan terkuburkan oleh kesan yang sangat dramatis. 

Pertama, Prasangka yang mendahulukan golongan elit, Golongan elit disini dimaksudkan masyarakat yang mampu dan berpengaruh dimasyarakat pedesaan. Pada umumnya mereka terdiri dari tokoh masyarakat, pedagang, petani sukses, pemuka agama dan lainya. Sehingga perhatian pengunjung tidak lagi mengarah kemasyarakat miskin dan terbelakan, secara tidak langsung yang menjadi perhatian pengunjung lebih mengarah pada mereka yang telah menjamu dan memberikan kesan yang indah-indah sesuai dengan kepentingan mereka. Masyaarakat miskin cenderung mendapatkan sisah-sisah dan memenuhi antrian panjang yang sukar ditemui. Masyarakat miskin dan melarat cenderung tersembunyi dari penyelidikan orang luar, kecuali dilakukan dengan mendalam dan betul-betul penuh ketelitian. 

Kedua, dominasi kaum pria, Kebanyakan para pengunjung lebih condong menghubungi kaum pria, baik sebagai petani, buruh, maupun profesi lainya. Dalam kegiatan penyuluhan pada masyarakat, laki-laki cenderung dikedepankan, sementara dari kaum wanita cenderung diabaaikan, perempuan memiliki kedudukan yang lebih rendah dimasyarakat pedesaan, disatu sisi golongan wanita adalah keompok yang melarat dan tertinggal dalam golonganya. Kelompok wanita yang hidup menyendiri, sebagai janda, kepala keluarga, termasuk yang paling menderita dan tidak tersentuh dalam menentuan kebijakan. 

Ketiga, pemakaian jasa dan penerimaan gagasan baru, Jika pembagunan sarana dan inovasi, yang lebih diperhatikan adalah orang yang lebih mampu memanfaatkan pelayanan dan menerapkan hal-hal yang baru yang diajarkan dari pada orang yang tidak mampu memanfaatkan jasa pelayanan yang diberikan. Pandangan ini biasanya berlaku bagi mereka yang menaruh minat dalam bidang profesionalisme, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, peemerintah dan para peneliti. Bangunan yang mudah terlihat, dan tempat-tempat pusat kegiatan lebuh utama diperhatikan ketimbang tempat yang masyarakat miskinyang terbelakang. Peneliti lebih senang mengambil keteraangan dari informan siswa yang datang disekolah ketimbang yang tidak hadir, mewawancarai orang-orang yang yang sedang berobat diklinik ketimbang mereka yang sakit parah dan tidak mampu. Mengunjungi para anggota koperasi disbanding orang-orang yang tidak bergabung disebabkan karena kemiskinan dan ketidak mampuan menjadi anggota. Lebih memperhatikan orang-orang yang maau menerima cara-cara baru dalam bidaang pertanian, kesehatan, keluarga berencana dari pada orang-orang yang tidak segera mengikuti caara-caraa baru tersebut. 

Keempat, Mendahulukan orang-orang aktif, Pengunjung dan para peneliti biasanya lebih memperhatikan orang-orang yang selalu aktif lebih tampak ketimbang mereka yang tidak tampak, merekaka yang selalu senyum ceria, tampak anak-anak yang sehat sementara yang berpenyakitan terabaikan . untuk menemukan orang-orang yang miskin dan melara sulit, mereka cenderung menjauhi dan menyingkirkan diri dari tempatnya.

Kesalahan mempertimbangkan iklim geografisPenduduk miskin biasanya mendiami daerah-daerah tropis, dengan musim hujan dan musimkemarau. Bagi sebagian besar masyarakat petani musim hujan, musim paceklik yang parah sering terjadi pada musim hujan menjelang panen pertama. Pada kondisi ini masyarakat miskin kehabisan persiapan baahan pangan, pekerjaan sulit didapat, penyakit menjangkit, kekurangan gizi, dan angka kematianpun meningkat. Keadaan ini melanda kaum miskin, wanita dan anak-anak. Musim ini juga musim kemelaratan, orang-orang miskin terpaksa berutang, menjual sisah harta yang menjadikanya tambah melarat. Ketika musim hujan para peneliti dan pengunjung takut sepatuhnya penuh lumpur, pakaian basah, banjir dan lainya. Kebaanyakan pengunjung dan para peneliti lebih menjadwalkan kunjunganya sesuai dengan musim. Pada umumnya para pengunjung lebih memilih berkunjung ketika musim panen, dan orang-orang miskin pada umumnya kebutuhannya sudah terpenuhi dari hasil panen.

Kesalahan Penentuan Sikap, Pengunjung dan peneliti yang sudah  terbiasa dengan kehidupan kota yang serba kecukupan, menghadapi orang miskin didesa sering dihalangi oleh rasa sopan santun, malu, takut mendekati, mendengarkan dan belajar dari masyarakat desa. Rasa malu biasanya hal yang tidak diperhatikan dan terus ditutupi. Orang-orang desa menyambut dengan ramah tamah, sehingga muncul anggapan, mereka tidak senang jika ditelusuri tentang penyelidikan mendalam penduduk miskin setempat.

Kesalahan formalitas status, Dalam memandang professional, nilai-nilai, pelatihan dan penyuluhan dimasyarakat, membawa masalah tersendiri. Orang-orang desa yang terdidik dan para petani kaya, lebih mudah menyerap dan memahami maksud apa yang disampaikan oleh pemerintah maupun badan penelitian lainya. Apalagi dalam waktu yang terbatas, kebutuhan informasi akan lebih terpenuhi oleh penduduk desa yang lebih mampu dan berpendidikan. Sementara keluarga miskin dan tidak kebagian pendidikan menemukan kesulitan dalam memahami informasih yang disampaikan. kaum professional dengan segala keunggulanya menyulitkandalam memahami kesengsaraan dengan segala kaitanya, kemiskinan didesa, memiliki jaringan, kelemahan jasmani, penyakit, kerentanan terhadap keadaan darurat, tidak berdaya dan lainya. semuanya saling menyambung. Kaum profesional di daerah pedesaan melakukan sesuatu menurut cara mereka sendiri saja, pada hal lain masyarakat miskin memiliki keterlekatan dengan banyak penyebab, kepekaan terhadap masalah kemiskinan dan keseluruhan factor negative yang mendorong orang menjadi miskin. namun tidak seorangpun yang mampu memperoleh gambaran kemiskinan secara menyeluruh, hanya mendefinisikan kemiskinan sesuai dengan bidang professionalnya masing-masing.



Referensi
  • Chambers, Roberts.1962. Rural development putting the last first (membangun desa mulai dari belakang). LP3S: Jakarta.
  • Christenson, James A. and jerry W. Robinson, JR. 1980.community development in America.ames.iowa: the iowa state university press.
  • Leibo, Jefta, 1990.Sosiailogi pedesaan.andi offset: Yogyakarta.
  • Sastrosupono, M. Suprihadi.1983. Desa kita. offset alumni;Bandung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Bima Kisah Putri yang Hilang Dae La Minga

DESA LAJU DAN TRANSMIGRASI UPT LAJU MERINTIS PEMBAGUNAN BIMA

Seni Beladiri Gantao Sebagai Identitas Suku Mbojo