PRAGMATISME SEBAGAI PEMBEBASAN PEMIKIRAN MANUSIA

Motto Hidup Sang Pejuang Kemanusiaan


Pertentangan mungkin harus diperjuangkan dengan “senjata”, ketenaran dan ketenangan mungkin tidak pernah bisa menjadi kawan dan lawan yang abadi, tapi itu semua akan dimenangi oleh Pikiran manusia. Itu semua hanyalah persoalan spirit seseorang yang memimpin untuk meraih kemenangan. By Rehan The Rhandempa



PRAGMATISME SEBAGAI UPAYA PEMBEBASAN 
PEMIKIRAN MANUSIA
Oleh: Rehan Mulyadin


Istilah Pragmatisme berasal dari Pragma (Yunani) bermakna tindakan, perbuatan. istilah pragmatisme banyak dipakai sebagai metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktrin filsafat. Istilah Pragmatisme dalam kamus Ilmiah Populer diartikan sebagai aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen, serta kebenaran yang mempunyai akibat-akibat yang memuaskan.  Pragmatisme memandang bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu yang membawa akibat praktis. Pengetahuan pribadi, kebenaran yang bersifat mistis, semua bisa diterima sebagai dasar kebenaran dari tindakan asalkan membawa akibat yang praktis dan bermanfaat. Dalam artian secara singkat pragmatis diartikan sebagai manfaat bagi hidup praktis.
Charles S. Pierce berpandangan bahwa Pragmatisme sebagai suatu interpretasi baru terhadap teori kebenaran, sebagaimana dijelaskan: “According to the pragmatic theory of truth, a proposition is true in so far as it works or satisfies, working or satisfying being described variously by different exponent on the view” (Menurut teori pragmatis tentang kebenaran, suatu proposisi dapat disebut benar sepanjang proposisi itu berlaku atau memuaskan, berlaku dan memuaskannya itu diuraikan dengan berbagai ragam oleh para pengamat teori tersebut).
William Jamess memandang pragmatisme sebagai teori cash value. “True ideas are those that we can assimilate, validate, corrobrate, and verify. False ideas are those that we can not” (Ide-ide yang benar adalah ide-ide yang dapat kita serasikan, kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa. Sebaliknya ide yang salah adalah ide yang tidak demikian). Pierce bermaksud, filsafat pragmatisme mampu membuat pikiran biasa menjadi ilmiah, akan tetapi James lebih memandangnya sebagai sebuah filsafat yang dapat memecahkan masalah-masalah metafisik dan agama. Bahkan lebih jauh, James menganggapnya sebagai theory of meaning dan theory of truth.
John Dewey melalui karyanya Freedom and Cultural, Art and Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), menjelaskan bahwa perilaku kita tidak sekedar muncul berdasarkan pengalaman masa lampau, tetapi juga secara terus menerus berubah atau diubah oleh lingkungan (situasi kita) dalam hal ini orang lain juga berperan penting. Perilaku sosial seseorang dapat dikaji sebagai  sesuatu proses yang instinktif, karena kebiasaan, dan proses mental. John Dewey menekankan bahwa kebiasaan individual mencerminkan kebiasaan kelompoknya (adat istiadat, masyarakat dan struktur sosial).
Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang fungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingup ruang dan waktu tertentu. Teori pragmatisme berbeda degan teori koherensi dan korespondensi yang keduanya berhubungan langsung dengan realitas objekif, pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide-ide melalui konsekuensi daripada praktik atau pelaksaanya. Ide dan gagasan itu belum dikatakan benar atau salah sebelum di uji kebenaranya (Suhartono, 2010:123). Walaupun demikian Pragmatisme dalam perkembangannya memiliki kesimpulan yang berbeda. ada tiga dasar patokan yang disetujui oleh aliran pragmatisme yaitu; pertama, menolak segala intelektualisme. kedua, anti terhadap absolutisme. Ketiga, meremehkan logika formal.
Mengamati dari beberapa pandangan terhadap pragmatisme tersebut, terdapat tiga tokoh aliran pragmatisme yaitu, Charles S. Pierce, William Jamess dan John Dewey. Meskipun ketiga tokoh masuk kedalam aliran pragmatisme, akan tetapi ketiganya memiliki fokus pembahasan yang berbeda. Katakanlah Charles S. Pierce lebih dekat dengan filosof ilmu, sedangkan William James pendekatanya kearah filosof agama dan John Dewey lebih condong pada filosof sosial.
Bila diamati secara cermat, kaum pragmatis menempatkan teori pragmatisme sebagai alat untuk bertindak, bukan untuk membuat manusia terbelenggu dan mandeg dalam teori itu sendiri. Teori ini memungkinkan manusia bertindak secara praktis. Kebenaran suatu teori, ide atau keyakinan bukan didasarkan pada pembuktian abstrak semata, melainkan juga didasarkan pada pengalaman, mampu mengarahkan manusia kepada fakta atau realitas yang dinyatakan dalam teori tersebut. Pragmatisme mempunyai dua kecenderungan utama, Pertama, merupakan kritik atas pendekatan ideologis. Kedua, sebagai prinsip pemecahan masalah. Sebagi kritik terhadap pendekatan ideologis, pragmatisme mempertahankan relevansi sebuah ideologi bagi pemecahan masalah, Sebagai prinsip pemecahan masalah, pragmatisme mengatakan bahwa suatu gagasan atau strategi terbukti benar apabila berhasil memecahkan masalah yang ada, mengubah situasi yang penuh keraguan dan keresahan sedemikian rupa, sehingga keraguan dan keresahan tersebut hilang.
Sementara dalam Islam sendiri dijelaskan melalui Al-Qur’an surah Al-Baqara; “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Al- Baqara ayat 165)”. Pada Prinsipnya penerapan ideologi sebagai pemecahan terhadap Masalah, membebaskan manusia dari keterbelengguan dogmatis kebenaran. Memerlukan perjuangan yang masif dalam membentuk mainstream yang lebih positif terhadap perkembangan generasi yang lebih berpikir cerdas. 

**Catatan: Ilmu Amaliah, dan Amal Ilmiah. Terapkan Ilmu yang dimiliki disetiap sendi kehidupan untuk misi pencerdasan, dan laksanakanlah dengan tindakan dan perbuatan yang masuk akal.



Sumber Bacaan:    

  • Prof.Dr.Suhartono, 2010.  Filsafat Ilmu.  yogyakarta: Pustaka pelajar.
  • R.C. Salomon dan K.M. Higgins, 2003. Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Bentang Budaya,
  • A. Sonny Keraf, 1987. Pragmatisme menurut William James.Yogyakarta: Kanisius.
  • Asy-Syarafa, Ismail, 2002. Ensiklopedi Filsafat diterjemahkan oleh Shofiyullah Mukhlas, Jakarta: Khalifa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Bima Kisah Putri yang Hilang Dae La Minga

DESA LAJU DAN TRANSMIGRASI UPT LAJU MERINTIS PEMBAGUNAN BIMA

Seni Beladiri Gantao Sebagai Identitas Suku Mbojo