TEORI POLITIK DAN KEKUASAAN FOUCAULT DAN GRAMSCI



IMPLIKASI
TEORI FOUCAULT DAN GRAMSCI

Foucault menggunakan gagasan dari orang lain sebagai bahan, tetapi selalu diolah dan dimasukkan secara inovatif ke dalam bangunan konsepnya sendiri. Filsafat politik tradisional selalu berorientasi pada soal legitimasi. Kekuasaan adalah sesuatu yang dilegitimasikan secara metafisis kepada negara yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk mematuhinya. Namun menurut Foucault, kekuasaan  bukanlah sesuatu yang hanya dikuasai oleh negara, sesuatu yang dapat diukur. Kekuasaan ada di mana-mana, karena kekuasaan adalah satu dimensi dari relasi. Di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan.
Kuasa itu ada di mana-mana dan muncul dari relasi-relasi antara pelbagai kekuatan, terjadi secara mutlak dan tidak tergantung dari kesadaran manusia. 

Kekuasaan hanyalah sebuah strategi. Strategi ini berlangsung di mana-mana dan di sana terdapat sistem, aturan, susunan dan regulasi. Yang pertama terjadi pada pertengahan abad ketujuh belas, yang kedua pada awal abad kesembilan belas. Setelah menganalisis diskursus ilmu pengetahuan abad 17 dan 18 seputar sejarah alam, teori uang dan nilai dan tata bahasa, Foucault mengambil kesimpulan bahwa pusat ilmu pengetahuan pada waktu ini adalah tabel. Orang hendak merepresentasikan realitas dalam tabel. Tabel adalah satu sistem tanda, satu bentuk taksonomi umum dan sistematis dari benda-benda.

Konsentrasi wacana ilmiah pada masa ini adalah sejarah dan manusia sebagai subjeknya. Manusia dibebaskan dari segala alienasi dan bebas dari determinasi dari segala sesuatu. Manusia menjadi objek pengetahuan dan dengan demikian dia menjadi subjek dari kebebasan dan eksistensinya sendiri. Manusia menjadi pusat pemikiran. Hal ini terlihat dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial dan psikologi. hubungan antara diskursus ilmu pengetahuan dengan kekuasaan. Diskursus ilmu pengetahuan yang hendak menemukan yang benar dan yang palsu pada dasarnya dimotori oleh kehendak untuk berkuasa. kehendak untuk kebenaran adalah ungkapan dari kehendak untuk berkuasa. kegilaan dan penalaran memiliki relasi yang erat, keduanya tidak terpisah, sebab keduanya menggunakan bahasa yang sama. Kegilaan adalah kebebasan imaginasi, dan masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dalam zaman renaissance. mental hanya muncul sebagai sakit mental dalam satu kebudayaan yang mendefinisikannya sebagai demikian.
 
Foucault melihat seksualitas sebagai pengalihan pemahaman tentang kekuasaan. Bagaimana seksualitas diwacanakan adalah ungkapan dari kekuasaan. Pembicaraan yang terbuka tentang seks menurut Foucault, adalah demi mengatur dan mencatat jumlah kelahiran. Masalah penduduk adalah masalah sosial, dan masalah ini berhubungan dengan seksualitas. Para pelaku sodomi, onani, nekrofilia, homo seksual, masokis, sadistis dan sebagainya ditetapkan sebagai orang-orang yang berperilaku menyimpang.

Intervensi kekuasaan ke dalam seksualitas terjadi melalui disiplin tubuh dan ilmu tubuh, dan melalui politik populasi yang meregulasi kelahiran. Kekuasaan mulai mengadministrasi tubuh dan mengatur kehidupan privat orang. Praktik disiplin diharapkan melahirkan tubuh-tubuh yang patuh. Hal ini tidak hanya terjadi di penjara, tetapi juga dalam bidang pendidikan, tempat kerja, militer dan sebagainya Masyarakat selanjutnya berkembang menurut disiplin militer. 

Foucault beranggapan bahwa di era monarkial tiap proses penghukuman kriminal baru dianggap serius apabila telah melibatkan elemen penyikasaan tubuh dalam pelaksanaannya. Panopticon yang terungkap dalam menara sebagai pusat penjara adalah bentuk fisik dari instrumen ini. Dengan adanya panopticon ini kekuasaan sipir menjadi sangat besar sebab para tawanan berusaha menahan diri mereka sendiri. Mereka takut dipantau. Instrumen kedua adalah menormalkan penilaian moral dan menghukum para pelanggar moral. psikiater atau aparat sebenarnya tidak berperan sebagai ilmuwan, tetapi sebagai kekuasaan yang mengadili.
Foucault membayangkan menara pengawas dalam panoptisme selain dioperasikan oleh petugas, dapat dipergunakan oleh banyak individu dengan pelbagai kepentingan. Ia dapat menjadi tempat seorang filsuf yang haus pengetahuan akan manusia menjadi museum manusia.

Foucault memandang membagi tiga domain utama daIam memahami reaIitas, yaitu kehidupan, kinerja, dan bahasa. Pada karyanya yang berjudul Madness and Civilization (1961), Foucault sepertinya menganalogkan penderita kegilaan yang harus dirawat oleh dokter di rumah sakit jiwa, merupakan refleksi dari realitas praktik subjektifitas diskursus yang nyata. Penderita penyakit gila dikungkung dan dikendalikan semua aktifitas pemikiran maupun kehidupannya. Sebab semua pemikiran maupun aktifitas pasien gila di -anggap sebagai sebuah kesalahan yang harus diluruskan. Adanya kondisi inferioritas bagi si pasien sebagai akibat justifikasi bahwa pemikiran serta perilaku pasien harus dinormalkan, menjadikan semua sistem rumah sakit termasuk aturan sang dokter menjadi sang penguasa. 

Dengan demikian sang dokter sebagai pihak yang berkuasa dengan leluasanya mengkonstruksi pemikiran pasien gilanya sesuai dengan arah yang dikehendaki. Dalam hal ini yang lebih mendominasi dan berlaku adalah kehendak sang dokter, bukannya keinginan-keinginan mendasar dari si pasien gila. Argumen tersebut yang mendasari alasan bahwa setiap kegilaan tidak bisa bebas dibiarkan, melainkan harus dikungkung di RSJ untuk tujuan meluruskannya.

Antonio Gramsci

Hubungan kekuasaan yang hegemonis ditopang oleh legitimasi yaitu adanya penerimaan, kepatuhan dan dukungan oleh kelompok sosial yang tertindas terhadap sistem yang ada yang sebenarnya sangat eksploitatif. Akibatnya manusia tidak lagi menjadi makhluk yang independen dalam menentukan hidup mereka melainkan terkungkung dalam kerangka hegemoni atas pemikiran mereka. Untuk itu teori kritis kemudian mencoba menyajikan sebuah konsep yang akan dijadikan pijakan evaluasi terhadap norma-norma sosial. Teori ini akan mengarah pada pembebasan manusia atas segala bentuk penindasan, yang dilakukan dalam dan atas nama rasionalitas modern.

Konsep hegemoni untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana masyarakat kapitalis modern diorganisasikan pada masa lalu dan masa kini. Terdapat semacam kebingungan disini tentang konsep-konsep yang dilibatkan, karena Gramsci tampaknya terlebih dahulu membedakan konsep negara dengan masyarakat sipil. Negara didefinisikan sebagai sumber kekuasaan koersif dalam suatu masyarakat,  sementara masyarakat sipil didefinisikan sebagai lokasi kepemimpinan hegemoni. Gramsci kemudian menghubungkan kedua konsep ini untuk mendefinisikan apa yang dia sebut sebagai ‘negara integral’ sebagai kombinasi hegemoni yang dilengkapi dengan kekuasaan koersif. Suatu konsep sentral dalam hal perjuangan untuk mendapatkan hegemoni adalah konsep bangsa, sehingga hegemoni berarti kepemimpinan orang-orang dari semua kelas dalam negara-bangsa tertentu.

---------Rehan Rhandempa--------

Komentar

  1. Best Casinos in Las Vegas (Nevada) | Mapyro
    › Las Vegas Casinos › Las Vegas Casinos 정읍 출장마사지 You'll be in the middle 태백 출장안마 of the action 계룡 출장안마 in Las 세종특별자치 출장샵 Vegas, a fun city. Check out all the 벳 매니아 top casinos in Las Vegas in our interactive map.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Bima Kisah Putri yang Hilang Dae La Minga

DESA LAJU DAN TRANSMIGRASI UPT LAJU MERINTIS PEMBAGUNAN BIMA

Seni Beladiri Gantao Sebagai Identitas Suku Mbojo